Rabu, 19 Agustus 2009

Sebenarnya aku adalah salah satu anak yang menurut teman agak aneh karena sampai saat ini (kelas 11 SMK) belum pernah satu kalipun berpacaran...

tapi sungguh itu bukan karena aku ga normal lho....aku 100% tetep laki-laki yang suka cewek
hanya saja aku merasa masih takut berpacaran dan merasa belum siap
belum siap pulsanya, belum siap motornya, belum siap uang buat ngrujaknya dan masih bnyak lg...
mskipun dah kutemukan bidadari itu (cie ile.....) tapi malah sekarang dah pergi lagi bidadarinya we...

Dunia tanpa pacar ga mbuat naluri pemudaku tentang cinta berhenti berkobar....
yang bisa kulakukan saat ini adalah belajar dari orang - orang sekitar tentang hal yang sudah sangat murah diucapkan (cinta)

nah.....artikel ni masuk ke intinya nih...
aku pingin crita nih....dan yng jelas it's about love, not lust
(pengenalan tokoh.....)
aku punya tetangga yang jarak kontrakan rumahnya dengan rumahku (yang ini buka kontrakan) cuma sekitar 4-5 meter. profesinya adalah sebagai pemulung harian (emangnya ada yang mingguan?) . sebagai pemulung biasa, tentunya panjenengan bisa membayangkan tingkat kehidupannya. sebagai orang beragama ia termasuk orang yang taat beribadah.

(Permasalahan dimulai.....)
nah, permasalahannya adalah ia menikah seorang janda beranak satu. malangnya, setelah beberapa tahun mengarungi bahtera rumah tangga, istrinya sakit mendalam pada kakinya yang pada akhirnya diketahui bahwa itu adalah penyakit kanker ganas.....
sang suami yang bernama joko (nama samaran) pernah berkata pada istrinya bahwa sampai hutang berapapun, akan ia lakukan agar istrinya sembuh. (suatu janji yang ironis di tengah keterbatasan). biaya terapi ternyata menghabiskan uang bahkan sampai puluhan juta. sampai di sini sang suami belum menyerah. (aku sempat berpikir bahwa suatu saat nanti sang suami akan menyerah)
sampai pada suatu siang ibuku bercerita bahwa istri pak joko kakinya sudah diamputasi....
aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan pak.joko.....belum lagi biaya operasi, hutang menumpuk...
aku kira pasti raut wajahnya hari itu akan berubah drastis....
tapi ternyata ketika aku bertemu, dia malah tersenyum bahagia karena penderitaan istrinya telah berakhir (meskipun sebenarnya penderitaannya yang selanjutnya akan datang)
dan sampai sekarang ia masih bekerja sebagai pemulung dan dengan terseok-seok mencoba mencicil utangnya.....dan tersenyum meskipun itu palsu.

(ending)
namun paling tidak, ia telah menunjukkan pada masyarakat sekitar bahwa cintanya pada istri adalah cinta yang sebenarnya....ia buktikan dengan penepatan janjinya yang hampir sama dengan bunuh diri tadi. terakhir, dia bekerja mengangkat pasir 1 malam suntuk hanya untuk selembar kertas bergambar bung karno. dan aku yakin, uang itu tak bertahan lebih dari 1 jam di kantong p. joko.

hari ini kita belajar bahwa cinta bisa membuat kita tersenyum meskipun rasanya pencabut nyawa ada di ubun-ubun kita.
sekian

Sabtu, 25 Juli 2009

Jangan Lalai Mengucap Syukur

Ayat bacaan: Lukas 17:17-18
=======================
"Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"


mengucap syukurTidak ada yang mau terus menerus berada dalam jepitan kesulitan. Maka kita pun berdoa meminta Tuhan mengangkat kita keluar dari jerat masalah. Ketika Tuhan mengulurkan tanganNya dan membebaskan kita, seharusnya kita pun mengingat kebaikan Tuhan yang telah melepaskan kita. Tapi sayangnya tidak banyak orang yang ingat untuk mengucap syukur atas kebaikanNya. Mungkin sekedar ucapan terima kasih dalam satu atau dua doa, lantas sibuk menikmati kebebasan dan lupa untuk bersyukur. Sementara seharusnya, bukan hanya dalam keadaan baik, tapi dalam keadaan buruk pun kita terus mengucap syukur pada Tuhan. Seperti apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Tesalonika "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ini hal yang penting yang seharusnya kita lakukan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk senantiasa kita lakukan dalam hidup kita. Namun banyak orang yang hanya ingat untuk bersyukur untuk sementara waktu saja, atau malah tidak pernah sama sekali.

Terlena dalam kenyamanan hidup. Hal ini sudah sejak dahulu kala menjadi kebiasaan buruk manusia. Salah satu kisah mengenai ini langsung dialami oleh Yesus sendiri ketika Dia bertemu dengan sepuluh orang kusta yang tercatat pada Lukas 17:11-19. Pada masa itu orang yang menderita penyakit kusta dikucilkan dari masyarakat. Tidak ada yang mau dekat dengan mereka. Pada suatu kali kesempatan emas datang di hadapan mereka. Mereka melihat Yesus berjalan agak jauh di depan mereka. (ay 12). Mereka pun segera memanggil-manggil Yesus. "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"(ay 13). Yesus kemudian menyembuhkan/mentahirkan mereka semua. Tapi lihatlah berapa orang yang kembali menghadap Yesus. "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria." (ay 15-16). Hanya satu orang! Dan itupun orang Samaria. Kemana 9 orang lagi? Mungkin sedang berlari-lari kegirangan menikmati kesembuhan mereka, lupa untuk mengucapkan terimakasih, bersyukur pada Tuhan yang telah menjamah mereka. "Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (ay 17-18). Betapa memalukan. Tapi hingga hari ini, hal seperti ini masih juga sering terjadi.

Sudahkah anda bersyukur hari ini atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup anda? Sudahkah anda memujiNya atas penyertaanNya sepanjang hari ini? Jika belum, kembalilah seperti orang Samaria yang disembuhkan di atas. Datanglah kepada Yesus, dan mengucap syukurlah. Bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam Kristus. Tokoh-tokoh dalam Alkitab pun punya pergumulannya sendiri sendiri. Namun mereka tahu bahwa kasih setia Allah sanggup melepaskan mereka dari belenggu masalah sebesar apapun sesuai waktunya Tuhan. Daud pun sering mengalami kesulitan. Salah satunya tertulis seperti ini: "Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (Mazmur 42:11). Lalu bagaimana reaksi Daud? Luar biasa. Ayat selanjutnya berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (ay 12). Ini sikap yang dikehendaki Allah. Janganlah pernah lalai untuk mengucap syukur padaNya. Seperti halnya kepada 10 orang kusta, Dia pun sanggup memulihkan kita. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59:1) Itu janji Tuhan. Karenanya belajarlah untuk terbiasa untuk mengucap syukur dalam keadaan apapun. Tuhan berfirman, meskipun kita terjatuh, kita tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangan kita. (Mazmur 37:24). Inilah yang menjadi janji Tuhan ketika kita tetap tahu untuk bersyukur dan berterimakasih meski dalam keadaan sulit sekalipun. Jadi tidak perlu merasa tertekan, dan teruslah belajar untuk rajin mengucap syukur kepada Tuhan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15).
Dikutip dari blog kristen www.renungan-harian-online.blogspot.com

Template by : David arif w. superman-clc.co.cc